Menara pandang di kawasan Sangiran di Kabupaten Sragen, merupakan salah satu fasilitas untuk memanjakan para wisatawan yang berkunjung melihat pemandangan yang dinamakan "Kubah Sangiran". Sebutan "kubah Sangiran ini, dari hasil penelitian para ahli diperoleh gambaran bahwa Sangiran awalnya merupakan bukit dan kemudian tererosi bagian puncaknya sehingga membentuk sebuah depresi akibat adanya pergerakan dari aliran sungai. Secara stratigrafis situs ini merupakan situs manusia purba terlengkap di Asia yang kehidupannya dapat dilihat secara berurutan tanpa terputus sejak dua juta tahun yang lalu yaitu sejak kala Pliosen Akhir hingga akhir Pleistosen Tenga.
Sangiran adalah sebuah daerah pedalaman yang terletak di kaki Gunung Lawu, atau sekitar 17 Km ke arah utara dari Kota Solo dan secara administatif terletak di wilayah Kabupaten Sragen dan sebagian terletak di Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah.
Luas wilayahnya 56 Km persegi yang mencakup tiga kecamatan di Kabupaten Sragen yaitu Kecamatan Kalijambe, Gemolong, Plupuh, dan Gondangrejo di Kabupaten Karanganyar.
Kawasan ini banyak sekali menyimpan misteri yang sangat menarik untuk diungkap. Hal ini dikarenakan pada situs tersebut banyak ditemukan sisa-sisa kehidupan masa lampau yang sangat menarik untuk dicermati dan dipelajari. Yang paling menakjubkan, bisa mendapatkan informasi lengkap dari sejarah kehidupan manusia purba baik itu mengenai habitat, pola kehidupannya, binatang-binatang yang hidup bersamanya dan proses terjadinya bentang alam dalam kurun waktu tidak kurang dari 2 juta tahun yang lalu.
Sangiran adalah sebuah daerah pedalaman yang terletak di kaki Gunung Lawu, atau sekitar 17 Km ke arah utara dari Kota Solo dan secara administatif terletak di wilayah Kabupaten Sragen dan sebagian terletak di Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah.
Luas wilayahnya 56 Km persegi yang mencakup tiga kecamatan di Kabupaten Sragen yaitu Kecamatan Kalijambe, Gemolong, Plupuh, dan Gondangrejo di Kabupaten Karanganyar.
Kawasan ini banyak sekali menyimpan misteri yang sangat menarik untuk diungkap. Hal ini dikarenakan pada situs tersebut banyak ditemukan sisa-sisa kehidupan masa lampau yang sangat menarik untuk dicermati dan dipelajari. Yang paling menakjubkan, bisa mendapatkan informasi lengkap dari sejarah kehidupan manusia purba baik itu mengenai habitat, pola kehidupannya, binatang-binatang yang hidup bersamanya dan proses terjadinya bentang alam dalam kurun waktu tidak kurang dari 2 juta tahun yang lalu.
Adapun keberadaan
menara ini dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan kepada para
pengunjung (khususnya kepada para peneliti) yang hendak melakukan
berbagai research di kawasan Sangiran. Karena dari puncak menara inilah
kita bisa melihat keadaan alam di sekitar Sangiran.

Menara Pandang Sangiran (dari google)
Tidak seperti lazimnya sebuah menara, menara pandang Sangiran berbentuk
bangunan rumah modern yang dilengkapi tangga dan semacam aula kecil di
bagian puncaknya. Untuk mencapai bagian tertinggi dari bangunan ini
terlebih dulu harus melewati beberapa anak tangga yang berliku.

Anak tangga untuk menuju ke atas (dok pribadi)
Sedangkan di bagian bawah menara terdapat mini studio yang biasa
memutarkan berbagai dokumentasi berkenaan dengan manusia purba yang di
temukan di Sangiran. Studio mini tersebut juga dilengkapi dengan
pendingin ruangan, Sound system yang bagus, bangku-bangku panjang yang
terbuat dari kayu serta layar yang lebar. Bahkan di dalamnya juga
disediakan fasilitas toilet.

Studio mini (dok pribadi)

Layar lebar sebagai penunjang (dok pribadi)
Sementara di sebelah barat menara pandang juga disediakan fasilitas berupa wisma Sangiran (Guest House Sangiran ). Bangunan unik ini berupa rumah Joglo Jawa Tengah yang dilengkapi dengan beberapa kamar, dan sebuah lobby yang luas dan indah yang berbentuk sama(Joglo).

Lobby yang berbentuk joglo (dok. pribadi)
Arsitektur rumah Joglo yang antik dan kuno yang jarang kita temui
ternyata ada di sini. Bangunan yang terbuat dari kayu jati ini terdiri
atas soko guru yang berupa 4 tiang utama dengan pengerat tumpang telu
(tumpang/susun tiga) di atasnya. Di bagian bawah keempat soko guru juga
dilengkapi dengan umpak (tumpuan) yang sekaligus menambah nilai
keindahan dari bangunan ini.

Soko guru dengan tumpang telu (dok. pribadi)
Bangunan antik ini juga dilengkapi dengan lampu gantung dengan model
kuno dan seperangkat meja tamu dari kayu jati yang memiliki desain mirip
kursi tamu masyarakat Betawi tempo dulu. Bedanya di sini kursinya sudah
dilengkapi dengan busa di bagian yang kita duduki. Dengan duduk-duduk
di sini, kita seolah kembali ke masa lalu.

Lampu gantung dan kursi kayu (dok. pribadi)
Detail bangunan rumah joglo pun bisa kita lihat dengan jelas. Karena
model bangunan ini memang tidak dilengkapi dengan plafon yang menutupi
bagian usuk dan reng nya. Anda penasaran dengan ke-antikan rumah joglo? Silahkan mampir ke menara pandang di Sangiran.